Konstruksi Pernikahan Samara Perspektif Buya Hamka
Keywords:
Pernikahan, Samara, HamkaAbstract
Perkawinan untuk memenuhi petunjuk agama sembari mewujudkan keluarga harmonis, sejahtera dan bahagia. Pernikahan bernilai positif terhadap perilaku, akhlak dan agama dan menstabilkan kejiwaan seseorang. Keluarga bahagia dambaan setiap insan yang menikah, namun banyak sebab pemicu konflik dalam menjalankan kehidupan berkeluarga sehingga berpengaruh tidak baik. Esensi mulia pernikahan belum sepenuhnya tercermin pada pasangan suami-isteri. Realitas konflik perkawinan menggugah perhatian untuk menelaah ulang dan bertanya ada apa dengan kehidupan keluarga, mengapa terjadi permasalahan dan cenderung meluas. Pembinaan semacam apa yang diterapkan . Adakah solusi dari pelbagai persoalan membina keluarga. Penelitian ini sesuatu yang baru. Patut mendapat respon positif karena bertujuan melahirkan prespektif baru yang lebih progresif dalam mencermati isu pernikahan.
Penelitian melalui library research dengan pendekatan deskriptif menggunakan jenis data deskriptif narasi melalui tekhnik study dokumentasi untuk memperoleh pemikiran Buya Hamka tentang sakinah mawaddah dan rahmah dalam pernikahan. Tekhnik analisis data yang digunakan ialah analisis isi (content analysis), melalui referensi kemudian diformulasikan.
Konstruksi pernikahan samara perspektif Buya Hamka : Pertama, sakinah dipahami bahwa dalam kehidupan manusia sejatinya menemukan jodoh, setelah menemukan pasangan hidup seharusnya tinggal bersama Penopang sakinah yang dikehendaki adalah merealisasikan mawaddah dalam kehidupan perkawinan. Mawaddah dalam hal ini yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan kebersihan fisik, bersolek, berharum-haruman atau wangi-wangian, pandai menghormati pasangan, tidak bersifat angkuh, bersikap sederhana, melembutkan ucapan. Rahmah merupakan natijah dari perlakuan kehidupan sebelumnya, jika berjalan baik maka pada akhirnya sampai ke anak cucu, mencerminkan karakteristik orang tuanya, rahmah juga bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah swt