Potret dan peran tokoh Islam Gorontalo: Sultan Amai, KH. Abas Rauf, KH. Hamrain Kau dan Yoesuf Bulla

Penulis

  • Dr. Sofyan AP Kau, M.Ag
  • Dr. Nazar Husain Hadi Pranata Wibawa, M.Phil IAIN Sultan Amai Gorontalo

Abstrak

Mayoritas penduduk Gorontalo adalah beragama Islam, sehingga Islam diidentikan dengan orang Gorontalo. Masyarakat Gorontalo juga adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai adat sehingga keseluruhan kegiatan keagamaan diwarnai oleh adat. Islam dan adat menyatu secara harmoni dalam kehidupan masyarakat Gorontalo. Relasi Islam dan adat ini lahir dan terbentuk melalui proses dan seleksi historis yang panjang. Banyak tokoh Islam yang telah berperan membidani lahirnya Islam yang akomodatif dengan tradisi dan tradisi yang berpijak pada Islam. Untuk mengungkap peran dan kontribusi mereka terhadap Islam dan umat Islam, maka penelitian ini dilakukan. Penelitian tersebut bertajuk: ”Sejarah Sosial Ulama Gorontalo Studi tentang Potret dan Peran Tokoh Islam di Gorontalo”.

Ada empat tokoh yang dijadikan obyek penelitian tersebut, yaitu: Sultan Amai, KH. Abas Rauf, KH. Drs. Hamrain Kau, BA, dan Yoesuf Bulla. Pilihan atas empat tokoh ini karena spesifikasi peran dan kontribusi mereka atas Islam dan umat Islam. Sultan Amai adalah tokoh pertama dan utama dalam proses masuknya Islam di Gorontalo. Sultan Amai masuk Islam sebelum mempersunting Owutango, putra Raja Ogo-manjolo dari Palasa Teluk Tomini. Kerajaan Ogomanjolo telah menerima Islam dari Ternate. Sebagai raja Gorontalo, keislaman Amai (1532-1550) diikuti oleh rakyat Gorontalo. Sultan Amai adalah tokoh yang berjasa dalam proses islamisasi di Gorontalo; disamping berjasa dalam mem-bentuk tradisi Islam dan pemerintahan Islam meskipun dalam tahap awal. Gelar Sultan yang disandangkan kepada namanya –sehingga menjadi Sultan Amai- menunjukkan perannya yang besar dalam pembentukan kerajaan Islam Gorontalo.

Adapun KH. Abas Rauf dan KH. Drs. Hamrain Kau adalah tokoh dan ulama besar. Yang pertama berafiliasi ke NU, dan yang kedua ke Muhammadiyah. Keduanya terlibat aktif dalam dakwah Islam. KH. Abas Rauf adalah qadhi sekaligus mitra pemerintah daerah dalam hal memberikan pertimbangan-pertimbangan keaga-maan dan melayani kebutuhan umat Islam dalam aspek pelaksanaan tradisi-tradisi keagamaan lokal. KH. Abas Rauf juga seorang pemimpin tarekat Naqsyabandiyah, yang melakukan pembimbingan spritual, disamping melakukan kajian kitab. KH. Abas Rauf digelari Taloo Tinelo agama, yaitu seorang yang berjasa dalam penyebaran Islam.

Sedangkan KH. Drs. Hamrain Kau, BA lebih banyak terlibat dalam pengembangan dakwah dan pendidikan Islam. Ia pernah menjadi nara sumber tetap pada acara tanya-jawab agama menjelang sahur di RRI selama lebih kurang 20 tahun. Di Muhammadiyah, KH. Drs. Hamrain Kau duduk dalam Majelis Tarjih, disamping kajian kitab bulanan baik di kalangan warga Muhammadiyah maupun kelompok akdemisi STIKIP Gorontalo (sekarang UNG). Ia juga menjadi hakim honor pada Pengadilan Agama Gorontalo; disamping dosen luar biasa pada IAIN Aluddin Ujung Pandang di Gorontalo. Karir awalnya dimulai dari seorang guru dan kepala sekolah PGA tahun 1975-1977 dan kepala sekolah/madrasah Al-Fatah tahun 1957 (sekarang pesantren Al-Huda). Namun kontribusinya yang abadi adalah pendirian pesantren Al-Falah.

Sementara Yoesuf Bula lebih dikenal sebagai guru spritual dalam bidang irfani. Ia telah mewariskan naskah sufistik yang berju-dul ”Pengetahuan dalam Kebodohan”. Sebuah naskah yang kini menjadi bahan rujukan bagi para pengikutnya.

Penulisan tokoh Sultan Amai lebih didasarkan atas sumber tertulis, baik dalam bentuk buku yang sudah diterbitkan maupun dalam bentuk makalah yang pernah diseminarkan. Sementara tokoh KH. Abas Rauf, KH. Drs. Hamrain Kau, BA bersumber dari hasil wawan-cara. Yang diwawancarai adalah keturunan dari kedua tokoh tersebut. Sedangkan tokoh Yoesuf Bulla, selain wawancara, data dan infomasi didasarkan atas karya tulis yang ditinggalkannya, yaitu “Pengetahuan dalam Kebodohan”.

Nara sumber utama untuk penulisan tokoh KH. Abas Rauf adalah Drs. H. Syafruddin Giu dan istrinya, Maryam Rauf, S. Pd. Maryam Rauf adalah putri KH. Abas Rauf yang masih hidup. Sedangkan Syafruddin Giu, selain menantu, juga adalah seorang murid yang banyak mengetahui kehidupan KH. Abas Rauf. Adapun nara sumber utama untuk penulisan tokoh KH. Drs. Hamrain Kau, BA adalah putra pertamanya, Drs. Zainul Ramiz Koesry, M. Ag. dan Drs. Rusdiyarto Podungge. Pilihan atas dua nara sumber ini didasarkan atas pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh keduanya lebih komprehensif. Sementara nara sumber untuk penulisan tokoh Yoesuf Bulla adalah Herdi Mohammad, seorang dosen pada Universitas Gorontalo dan Khadijah Bulla, kakak kandung Yoesuf Bulla.

Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih atas kerelaan dan kesediaan nara sumber yang telah memberikan informasi; disamping dengan sikap terbuka bersedia diganggu “waktu istira-hatnya” untuk diwawancarai. Tentu bantuan para informan lainnya tidak dapat peneliti abaikan, karena mereka juga telah memberi informasi penting bagi penguatan dan perluasan penelitian ini. Wawancara atas mereka terkadang hanya melalui telepon (HP), dan tidak jarang konfirmasi data via sms. Penghargaan yang sama juga disampaikan kepada para pembantu peneliti. Mereka telah secara maksimal mengumpulkan data, dan sesekali melakukan penyuntingan atas data yang terkumpul.

Kini, hasil penelitian tersebut kami terbitkan dalam bentuk buku dengan judul: Potret dan Peran Tokoh Islam Gorontalo: Sultan Amai, KH. Abas Rauf, KH. Hamrain Kau dan Yoesuf Bulla. Judul ini lebih spesifik dan fokus sehingga mudah menggam-barkan isi buku. Semoga karya sederhana ini dapat memotret peran para tokoh Islam atas Islam dan umat Islam Gorontalo.

Diterbitkan

2023-03-26

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama