PETUNJUK RASULULLAH MENGENAI MUSYAWARAH DALAM PERSFEKTIF SEJARAH

Main Article Content

Syamzan Syukur

Abstract

Rasulullah  Saw. Adalah seorang yang paling sering mengadakan musyawarah, hal ini agar dijadikan teladan  bagi umat sesudahnya. Perintah Allah kepada rasulnya agar bermusyawarah bukan berarti rasul membutuhkan pandangan atau pendapat mereka akan tetapi dimaksudkan bahwa musyawarah memiliki nilai yang lebih. Adapun mengenai konsep bagaimana seharusnya musyawarah dilaksanakan, nampaknya Rasulullah tidak memberikan pedoman  yang khusus atau baku, ini merupakan isyarat dari Rasulullah  untuk melaksanakan musyawarah  sesuai dengan tuntutan zaman  yang selalu berubah, sehingga sistem, cara dan metode musyawarah akan lebih bersifat variatif, fleksibel dan adaptif. Adapun ciri utama musyawarah adalah bersifat dialogis, sehingga memungkinkan  muncul varian pendapat tentang masalah yang diskuskusikan dan memberi kesempatan untuk melihat urusan tersebut dari berbagai sudut pandang sesuai dengan perbedaan perhatian seseorang, tingkat pemikiran, latar belakang, pengalaman dan sebagainya. Dengan demikian maka keputusan yang diperoleh adalah berdasarkan persepsi  yang sempurna dan konprehensif.Musyawarah merupakan inti ajaran ketuhanan atau tradisi kenabian atau sunnah Nabi karena itu musyawarah hendaknya dibudayakan dalam berbagai segmen kehidupan dan dalam setiap lapisan sosial baik dalam kultur kebangsaan, kerakyatan dan kekeluargaan maupun dalam struktur kelembagaan.

Article Details

How to Cite
Syukur, S. (2013). PETUNJUK RASULULLAH MENGENAI MUSYAWARAH DALAM PERSFEKTIF SEJARAH. Farabi, 10(2), 131–142. Retrieved from https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa/article/view/771
Section
Articles