Tradisi Lopis Raksasa dalam Perspektif Kerukunan Umat Beragama di Kota Pekalongan
DOI:
https://doi.org/10.30603/au.v16i1.24Kata Kunci:
tradition, giant Lopis, harmony, tolerance, equality and cooperationAbstrak
Studi ini untuk mengetahui bagaimana asal mula, makna bagi masyarakat dan tradisi dalam perspektif kerukunan umat beragama. Pendekatan studi ini bersifat kualitatif-deskriptif. Artinya peneliti mencari deskripsi yang menyeluruh, mendalam, dan cermat tentang tradisi lupis raksasa. Selanjutnya, digambarkan bagaimana tradisi berperan dalam memelihara kerukunan umat secara terbuka alamiah.Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, tradisi lupis raksasa terkait erat dengan amalan puasa Syawal KH.Abdullah Siradj di daerah Krapyak tahun 1855. Dalam perkembangan pengikutnya menjamu tamu yang datang bersilaturrahimi dengan jajanan lupis pada hari ke-8. Versi lain menyebutkan tradisi lupis terinspirasi pidato Presiden Soekarno pada tahun 1950 di Kebon Rodjo Pekalongan. Kedua, beras ketan sebagai bahan dasar lupis simbol hubungan erat diikat tali temali sebagai pengokoh. Daun pisang pembungkusnya simbol sifat selalu bermanfaat dalam hidup bermasyarakat. Ketiga, tradisi lupis raksasa ini mempunyai nilai kerukunan dalam hal sikap toleransi, kesetaraan dan saling kerjasama.