Sipuisilam dalam Selimut Arat Sabulungan Penganut Islam Mentawai di Siberut

Penulis

  • Maskota Delfi

Kata Kunci:

Islam and Arat Sabulungan, Religion, Local Identity, Mentawai

Abstrak

Kelompok  etnik di Kepulauan Mentawai dapat berkembang secara mandiri dari berbagai aktifitas di tanah daratan Mentawai. Hal ini terjadi karena keterasingan dari tanah daratan. Dengan demikian, secara organic sebahagian masyarakat mengembangkan budaya dan dinamika lingkungan yang termasuk didalamnya ketersediaan sagu sebagai bahan pokok makanan dan kelimpahan alam seperti babi hutan. Sumber makanan menjadi unsur utama dalam keyakinan masyarakat, Arat Sabulungan, sebagai suatu media ritual; penyimpanan hewan bersama sesama anggota keluarga; pembayaran syarat mahar; dan tradisi denda. Pada tahun 1945, sebuah kewajiban yang diberlakukan negara yang memberi sanksi agama-agama lokal diperakarsai. Sebagaimana orang-orang Mentawai memiliki kebijakan yang maju dan kekayaan orang asing (sasareu), akibatnya, banyak program bantuan yang sukses dijalankan. Namun demikian, suatu model adaptasi yang menonjol, dimana beberapa lapisan identitas mentawai tidak hilang akibat konversi tersebut. Dalam adaptasi ini, misalnya, keyakinan Islam dimasukkan kedalam persepsi agama lokal.

Diterbitkan

2012-06-01

Terbitan

Bagian

Articles